Sebelum berbicara banyak tentang Pak. Haji Sulaiman yang mantan Heiho ini berikut apa yang dimaksud dengan Heiho, Heiho adalah pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II. Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943.
Heiho pada awalnya dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti membangun kubu dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dll. Dalam perkembangannya, seiring semakin sengitnya pertempuran, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di medan perang, bahkan hingga ke Morotai dan Burma.
Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang dengan lebih dari setengahnya terkonsentrasi di pulau Jawa. Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia setelah Jepang menyerah pada Belanda dan sebagian anggotanya dialihkan menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR). Sumber Wiki.
Tepat ditengah bentangan jembatan Ampera saya berjumpa dengan bapak yang memperkenalkan diri sebagai Haji Sulaiman ia lahir 17 Agustus 1928 di Bengkulu, masa remajanya dijadikan sebagai tentara Jepang menjadi Heiho. Ia tidak berbicara banyak tentang keberadaan dan pengalamannya jadi Heiho, setelah menjadi Heiho ia disuruh kawin dan kembai ke kampung, tapi merasa tidak enak di kampung ia merantau lagi ke Palembang. Kemudian cerita kami kembali ke Palembang sesuai dengan keinginan saya, ia mengatakan tepat di Monpera ada sebuah Bank, kemudian ia juga letak dari sungai Tengkuruk dan kebersihan lingkungan pada zaman Belanda, sekarang dia menilai kota kita masih kotor tidak seperti pada zaman Belanda dulu, ia juga bercerita mengenai anak-anak Belanda kalau makan jeruk, bahwa kulitnya tidak pernah mereka buang, sepanjang ia makan kulit jeruk tetap ia pegang dan nanti akan dibuang ditempat yang ditentukan, tidak seperti sekarang sambil makan kulitnya malah di buang ke kiri, ke kanan, kebelakang (lucu juga ya). Ia sempat menynggung kebaeradaan tangga jembatan Ampera bagian seberang ulu, disamping kotor oleh sampah bau pesing dan menyengat sangat menggangu jika melewati tempat ini (mengenai tempat kotor ini, tunggu posting berikutnya).
Tepat ditengah bentangan jembatan Ampera saya berjumpa dengan bapak yang memperkenalkan diri sebagai Haji Sulaiman ia lahir 17 Agustus 1928 di Bengkulu, masa remajanya dijadikan sebagai tentara Jepang menjadi Heiho. Ia tidak berbicara banyak tentang keberadaan dan pengalamannya jadi Heiho, setelah menjadi Heiho ia disuruh kawin dan kembai ke kampung, tapi merasa tidak enak di kampung ia merantau lagi ke Palembang. Kemudian cerita kami kembali ke Palembang sesuai dengan keinginan saya, ia mengatakan tepat di Monpera ada sebuah Bank, kemudian ia juga letak dari sungai Tengkuruk dan kebersihan lingkungan pada zaman Belanda, sekarang dia menilai kota kita masih kotor tidak seperti pada zaman Belanda dulu, ia juga bercerita mengenai anak-anak Belanda kalau makan jeruk, bahwa kulitnya tidak pernah mereka buang, sepanjang ia makan kulit jeruk tetap ia pegang dan nanti akan dibuang ditempat yang ditentukan, tidak seperti sekarang sambil makan kulitnya malah di buang ke kiri, ke kanan, kebelakang (lucu juga ya). Ia sempat menynggung kebaeradaan tangga jembatan Ampera bagian seberang ulu, disamping kotor oleh sampah bau pesing dan menyengat sangat menggangu jika melewati tempat ini (mengenai tempat kotor ini, tunggu posting berikutnya).
Very good pics ...
ReplyDeletedo you know the cbox?
http://cbox.ws/
Thank you !!!
Saya peminat sejarah periode Jepang, saya ingin dekali jumpa dengan pak haji sulaiman. Untuk itu saya ingin mengetahui alamat lengkap rumah tinggal beliau. tolong di email ke ekahindra@yahoo.com
ReplyDeleteSaya tidak tanya detai alamatnya, tapi ia kasih tau bahwa ia beralamat di lr.Garuda 1, 7 Ulu Palembang
ReplyDeletePak Nayel terima kasih info alamat heihonya. Kl boleh tau alamat itu persisnya dimana ya karena saya berasal dari luar Palembang. Terima kasih sebelumnya.
ReplyDelete