Di 7 Ulu Palembang terdapat kampung Kapitan, sebenarnya kampung ini terdiri dari rumah-rumah zaman dulu yang sekarang dimanfaatkan untuk kunjungan wisata, sebenarnya rumah-rumah ini ada yang menghuninya diantaranya rumah yang ada di poto ini di tunggu oleh keturunan Tionghoa, halaman depan rumah ini sudah dibangun taman yang cukup indah dengan tiang-tiang yang diatasnya diberi lampu penerang yang jumlahnya cukup banyak (aku ngak ngitung) dan ada juga panggung yang juga telah disiapkan, entah untuk Dulmuluk atau pentas seni lainnya. Sayangnya pelayanan di tempat itu belum dikelola secara baik terutama tutur kata dari orang-orang sekitar. Sepertinya masih kurang enak di dengar. Semoga dengan adanya Visit Musi nanti akan di jaga oleh teman-teman yang sudah dilatih baik. Ohya kalau ingin menuju ke tempat ini sebenarnya sangat mudah, kalau anda sudah ada di turap (pelataran) samping sungai musi arah seberang ulu, anda tinggal berjalan kaki sambil menikmati pantai Musi. Kalau dari BKB cukup menyeberang pakai ketek Rp. 2000 dan menuju arah kampung ini. Sebuah lorong yang sudah ditata rapi tinggal anda lewati sampai menuju kampung ini.
kampung yang sudah berumur 400 tahun ini mempunyai banyak sejarah...kalau anda datang menuju rumah kapitan pasti anda akan terbayang bagaimana 400 tahun yang lalu membangun rumah sebesar rumah kapitan itu dengan balok kayu unglen dan tembesu yang panjangnya 8-10 meter.
ReplyDeletepeninggalan sejarah juga banyak disini antaranya altar tempat para dewa yang bisa digunakan untuk sembahyang dan meminta apapun yang kita perlukan dan mudah2an dikabulkan.
saya pernah mengunjungi rumah kapitan. Rumah tua yang masih kuat dan kokoh dan mempunyai nilai sejarah yang banyak. Saya ngobrol banyak dengan penghuni rumah kapitan ini dan beliau memberi tahu sejarah rumah itu. Saya terbayang bagaimana dulunya kota palembang ini dimana dulu pusat pemerintahan kota palembang berada di rumah kapitan ini. Di rumah itu terpasang gambar 3 dimensi dari sosok Kapiten itu sendiri dan foto-foto lainnya. Rumah itu sendiri sudah diturunkan hingga 13 keturunan dalam adat Tionghoa bermarga Tjoa.
ReplyDeleteDi samping rumah Kapitan ada rumah abu, yaitu rumah tempat penyimpanan abu para keturunan marga Tjoa dengan altar yang banyak ukirannya seperti naga. altar itu sendiri membuat saya kagum dan berpikir bagimana membuat altar tersebut....menurut penghuni rumah altar meja abu hanya ada satu-satunya di Indonesia.
Entah mengapa hari ini saya giat mensearch google dengan key words "Kampung Kapitan" dan akhirnya ketemu blog Bapak.
ReplyDeleteAda rasa bangga kampung kelahiran saya dan saya tinggalkan sejak 1985 kini menjadi salah satu asset sejarah kota Palembang.
Februari lalu saya coba mencari teman-teman yang tersisa disana dan ngobrol panjang lebar dengan teman dan senior. Nostalgia.
Sepertinya yang akan menjadi issue adalah masalah perawatan pak. Lampu yang menuju "laut" (istilah kami) malam hari sudah tidak pernah menyala lagi. Dan bangunan yang menjadi pembicaraan berusia 400 tahun ini juga belum kelihatan ditangani secara serius.
Mudah-mudahan sekarang sudah ada perubahan.
Salam.
Saya juga sempat bertanya dengan warga sana, sepertinya belum ada kerjasama imbal balik antara Pemkot dengan Penghuni rumah, Apa Betul?? aku juga masih penuh teka teki. Semoga pihak Pemkot mendapatkan solusi yang baik dan benar.
ReplyDeleteOh ya, apakah Rudy Tanureja bersaudara dengan Ellen Tanureja, teman kuliah saya dulu. Apa kabar dia sekarang...
ReplyDeleteBenar sekali pak Nayel. Sepertinya ada dua opsi : dibeli atau diambil alih tergantung kepemilikan tanahnya, atau opsi kedua, pemilik dapat tetap mempertahankan rumahnya dengan kondisi mempercantik rumahnya sesuai dengan keinginan pemerintah.
ReplyDeleteTapi kita juga harus menghargai keputusan pemerintah karena asset seperti ini kalau dibiarkan akan musnah dengan sendirinya. Tinggal bagaimana penanganannya saja.
Satu hal kita harus angkat topi juga bahwa sudah ada pemimpin kita disana setidaknya mau mengambil langkah menjadikan Palembang sebagai kota Wisata. Pemimpin selanjutnya tinggal melanjutkan dan membuat lebih baik lagi.
Wah pak Navel luar biasa blognya. 10 jempol pak. Saya akan sering mengunjungi blog Bapak.
Ellen kakak saya, saat ini ia tinggal bersama suaminya di Sukarame. Saya sendiri tinggal di Surabaya.
Yang terbaik menurut saya dibeli oleh pemerintah, kemudian wilayah depan dari rumah itu mungkin perlu di kosongkan dan di jadikan taman.
ReplyDeleteAkan indah kalau Kampung ini sudah terlihat dari arah seberang sungai (BKB) dan orang yang lalu lalang lewat sungai akan tertarik untuk mampir. Dan di halaman rumah itu sekarang ada panggung, sepertinya bagus untuk mengadakan acara-acara yang bersifat seni daerah.
"Kampung Kapitan" sekarang memang jauh berubah seiring zaman, jauh lebih terang benderang ketimbang beberapa tahun yang lalu, saya pun sebagai warga kampung kapitan merasa senang. tetapi rasa senang tersebut tidak bertahan lama,karna rumor yang saya dengar dan kemungkinan akan menjadi kenyataan, rumah saya agak segera digusur, karna menghalangi rumah pe' cik "panggilan nama yang menempati rumah tersebut saat ini" bila dilihat dari BKB, dan ini sangat menggangu pikiran saya. memang yang saya dengar memang ada pengantian rugi atas pengusuran tersebut, tetapi seperti kita ketahui "ganti rugi, saya ganti tapi anda yang rugi". harapan saya sekarang ini mudah-mudahan kami nggak jadi digusur deh..
ReplyDeleteInsyaallah. Saya mahu melawat Palembang. mahu lihat sendiri negara saudara saya yang serumpun. lebih lagi bagi saya yang berdarah minang .Sumatera dekat di hati. lihat sedikit gambaran Palembang melalui drama TV di Malaysia,menarik perhatian saya.
ReplyDeleteterima kasih, ditunggu kunjungannya di Bandar Palembang
ReplyDeletepak aku asli lahir di 7ulu tepatnyo diGg duren parak hotelnyo ayuk Helmi yahya,dang mak ini ari aku la 2 tahun begawe dimedan,dr kecik dl aku sering mancing dikapitan,men dulu tempatnyo jorok nian, rumah yg ado di foto bapak itu bawahnyo pecak gua tempat kami ngeduk tanah untk nyari caceng, mintak2 bae kl aku balek kagek kapitan jd tempat yg nyaman sekalian jugo pasar kliniknyo agak dirapike dikit, SALUT UNTUK PAK NAYEL....
ReplyDeleteKampung kapitan sudah bagus dan nyaman juga rapi, tapi kalau pasar klinik masih cak lamo tula.... sudah becek banyak ojek pulokvd
ReplyDeletepak nayel, hasil jepretannya bagus2 nih. pake camera apo?trus blognyo jugo bagus. cak mano nian buatnyo.ajari apo kito nih..
ReplyDeletemakasih, aku pakai kamera pocket biasa....
ReplyDeleteHm... Saya Romy Williams, putra Romulus William yang pernah tinggal di kampung Kapiten. Sekarang kami tinggal di Jakarta. Beberapa hari lalu kami mengunjungi keluarga kami di Kampung Kapiten. Wah, rasanya memori masa kecil tidak pernah hilang. Sekalipun sudah lama tinggal di Jakarta, tapi hati ini selalu kembali ke Palembang. Papa saya dulu pernah tinggal di Rumah Batu, karena putra langsung dari kuturunan perempuan dari Kapitan. Rasanya kerinduan ini tidak pernah hilang...
ReplyDeleteSemoga kehadiran blog ini khususnya posting tentang rumah kapitan ini dapat juga menghibur dan mengingatkan kamu pada tanah kelahiran kamu.
ReplyDeleteRomy William,
ReplyDeleteMama kamu namanya Yen Hua bukan ? papa kamu William ya.
Aku kenal
Kampung Kapitan,Kenangan masa kecik ku sudah lamo aku dak balek ke Palembang, mak mano keadaan rumah batu, sekarang aku tinggal di bekasi.
ReplyDeleteNah ketemu galo. Romy, Culiong, wah dah di jakarta galo yo. Liong, dulu aku denger kau tinggal deket pasar kecik, nggak tahunya di bekasi ya.
ReplyDeleteAku imlek kemarin mampir kesano jugo, khan wengki masih tinggal disano.
Sudah lamo aku pindah ke Bekasi (th 94)yang deket-deket aku ado david, Niar, boncel adek ku. Apo kabar Rudy,25Th dak pernah ketemu kito,inget dak waktu kito kecik dulu rame-rame ngembek remis dibawah rumah kau. Rumah batu katonya luarnyo be bagus, tapi didalemnyo sdh hampir roboh.
ReplyDeleteKalo saya mau ke kampung kapitan menggunakan motor lewat jalan mana ya? Mohon pencerahannya.
ReplyDeleteTerima kasih.
untuk pemilik blog,makasih banyak ya.tgl.26 februari saya berangkat liputan cap go meh di palembang.saya sekalian hunting tempat bersejarah disana,dan saya putuskan akan ke sini..lumayan buat bahan nulis feature..
ReplyDeletethnx a lot!!!
avandi_majalah china town (infogading grup)
ehmmmm...
ReplyDeletesayang sekali keadaan kampung kapitan sekarang kondisinya tidak terawat, banyak aset wisata yang telah dibangun " dicolong " oknum yang tidak bertanggung jawab. Padahal mestinya mereka sebagaai warga masyarakat yang tinggal di kapmung kapitan harus menanamkan jiwa " sadar wisata ",
bukannya malah menghancurkanya.
yang lebih memprihatinkan lagi fungsional taman telah beralih menjadi tempat berkumpulnya para " PREMAN " untuk berpesta ria menenggak minuman keras. Banyak sekali tindakan kriminalitas yang telah terjadi di kampung ini. Semoga pihak Pemerintah Daerah dapat segera menindak tegas, serta menempatkan petugas yang benar-benar dapat menjaga ketertiban dan kenyamanan demi meningkatkan dan menjaga kelestarian kampung kapitan, sehingga para wisatawan pun akan berbondong-bondong mengunjungi kampung bersejarah ini.
pak tolong pikirkan nasib warga 7ulu,,dibw jembatan kan sdh dibersihkan,knp dipertokoan kami jg dpt surat pengosongan jg pak......
ReplyDeletesaya juga dulunya warga kampung kapitan, tapi sekarang saya tinggal di Jambi.akhir akhir ini saya sering berkoordinasi dengan pihak BP3 Jambi tentang revitalisasi kampung kapitan dan syukurlah baik pemerintah maupun BP3 akan segera mengadakan rapat koordinasi di Palembang hari selasa tgl 3 mei 2011. saya telah mencoba untuk memberikan keterangan tentang keadaan kampung kapitan terutama tentang disign dan tata ruang rumah rumah yang berada di kompleks kampung kapitan akan tetapi saya masih mengharapkan kawan kawan lama yang dulunya tinggal disana dapat turut membantu memberi masukkan agar revitalisasi ini dapat dilakukan sebagaimana mestinya sesuai keasliannya karena kampung kapitan ini merupakan salah satu cagar budaya yang diakui dan dilindungi oleh UU sehingga pembangunan kampung kapitan ini harus benar benar dengan konsep sejarah,budaya dan arsitektur aslinya sehingga dapat mengembalikan kejayaan masa lalu yang sangat berharga bagi kita semua.
ReplyDelete