bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

11 May 2009

Ngidang

Tradisi makan ngidang seperti ini hampir ditinggalkan oleh masyarakat kita Palembang, namun sesekali ada juga masih menggunakan cara ini, acara seperti ini memang merepotkan, mulai dari panggung, ngobeng sampai menngumpulkan piring untuk dicuci kembali. Namu makan dengan cara ini bisa menimbulkan keakraban sesama tamu. Hidangan ini terdiri dari lauk-pauk yang sering diistilahkan dengan pulur, penyedia atau yang mengatur hidangan disebut ngobeng.

5 comments:

  1. Ya ini budaya yang patut dilestarikan. Di beberapa desa di sumsel, tradisi yang satu ini tetap bertahan, tak mampu dikikis oleh sistem prasmanan yg mulai merambah desa.

    ReplyDelete
  2. paling cuman setahun sekali biso makan seperti itu, kalo lagi pulang kampung doankkk,,, kangen makan di samping ayah ama ibu,,,

    ReplyDelete
  3. bener nian, biso nambah keakraban men cak ini
    dirumah aq msh cak ini men makan
    jadi pacak sambel becerito
    tapi lauk2nyo dk sebanyak itu mang cek, bangkrut men tiap ari cak itu

    ReplyDelete
  4. Terakhir ngalamin ngidang tahun 1986, di sekitar jalan radial,acara marhabaan tetangga, walau saya termuda karna mewakili bapak saya, tapi saya merasa tetap di hargai, dan oleh karnanya tak lekang dari ingatan saya, suasana kekeluargaan timbul,sambil kelakar....pulur..pulur..pulur maksudnya hidanngan pencuci mulut biasanya nanas, diawali di hidangkan sebelum lauk pauknya.

    ReplyDelete

Silahkan tulis komentar anda di bawah ini