Saya Dipukul Polisi Malaysia Meski Tangan Diborgol
Tangerang (ANTARA News) - Korban pengeroyokan, Donald Pieters Luther Kolopita (47), mengaku dipukul dan ditendang oleh Polisi Malaysia, meski posisi kedua tangannya diborgol saat dibawa Polisi Malaysia menggunakan mobil petugas tersebut."Saya tidak berdaya karena mendapatkan pukulan dan tendangan yang kena ulu hati, perut dan dada saya," kata Donald Pieters Luther Kolopita yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Wasit Karate Indonesia PB Forki, di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Senin.Donald menjelaskan, awal insiden pengeroyokan tersebut terjadi pada Hari Jumat dinihari (23/8) pukul 00.00 waktu setempat, saat Donald akan menghadiri pertemuan wasit karate se-Asia pada Kejuaraan Karate Asia di Malaysia.Setelah berjalan sekitar 60 meter dari Hotel Alison Kelana di daerah Nilai, Malaysia, secara mendadak Donald mendapatkan serangan pukulan dan tendangan dari arah belakang yang dilakukan empat petugas Polisi Malaysia dengan pakaian bebas.Diungkapkankan Donald, karena panik dan mengira diserang perampok, Donald yang mantan atlit karate tersebut sempat melepas tendangan kaki kanannya meski kedua tangan dan kaki kirinya dipegang pelaku penyerangan.Setelah itu, Donald tidak berdaya dan mendapatkan serangan pukulan dan tendangan dari empat pelaku penganiayaan tersebut. Dalam kondisi setengah sadar, kedua tangan Donald diborgol dan diangkut menggunakan mobil aparat Polisi Malaysia dari tempat pengeroyokan menuju Kantor Balai Polisi Malaysia.Ketika berada di mobil polisi, pelaku masih melakukan pemukulan dan tendangan di bagian perut dan wajah Donald hingga mengeluarkan darah."Serangan yang dilakukan pelaku kurang lebih 15 menit setelah itu pihak kepolisian Malaysia melakukan penahanan terhadap dompet, jam dan paspor milik saya," kata Donald.Dikatakan Donald, akibat dari insiden tersebut, tim Karate Indonenia menarik diri dari Kejuaraan Karate Asia yang berlangsung di Malaysia tersebut.Namun demikian, Donald mengimbau kepada 25 perguruan karate di Indonesia, agar tidak melakukan tindakan anarkis, karena insiden penganiayaan yang menimpa dirinya sudah diurus oleh pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia.Sementara itu, Ketua Majelis Lintas Perguruan (MLP) Karate Indonesia, GA Pesik mengatakan, PB Forki melalui Ketua PB Forki Luhut Binsar Panjaitan sudah berkoordinasi dengan pihak KBRI di Malaysia dan Polisi Malaysia untuk mencari kejelasan tentang kasus itu."Bahkan pihak Kapolda Negeri Sembilan berjanji akan membatu proses hukum insiden pengeroyokan tersebut," ujar Donald seraya mengungkapkan saat ini empat petugas yang melakukan penganiayaan tersebut sudah ditahan pihak Kepolisian Malaysia.(*)
sumber Detik
Catatan Blogger
Sebagai warga negara Indonesia yang masih punya hati nurani merasa terpanggil untuk membela diri yang sudah di olok-olok dan jadi bulan-bulanan polisi diraja Malaysia, semoga ini tidak akan terjadi lagi. Bayangkan kalau pimpinan kita bukan SBY.
Sudah banyak saya dengar cerita2 ttg arogansi orang Malaysia thd Indonesia. Beberapa hari yg lalu saya juga menerima email yg menceritakan pengalaman seseorang yg lagi wisata ke Malaysia dan mendapat perlakuan yg kasar yg hampir mirip dg apa yg dialami pak Donald.
ReplyDeleteSaya juga meradang mendengar orang2 Malaysia memanggil orang2 kita disana dg sebutan "Indon"....sebuah panggilan yg berkonotasi merendahkan.
Dari kejadian ini saya pribadi menyarankan kepada orang Indonesia untuk tdk berwisata ke Malaysia krn dr pengalaman saya dan beberapa teman, wisata alam Indonesia jauh lebih indah. Bagi saya dan temen2, Genting highland yg diagung2kan orang Malaysia sangatlah tdk menarik, terlalu artifisial......kalo mau melihat suasana pergunungan Puncak masih jauh lebih bagus dan utuk theme park, Ancol jauh lebih menarik.
Satu kali saya pernah mengunjungi Kuala Lumpur, tdk tdk terbesit di benak saya untuk kembali lagi...lain halnya dg Singapore, setelah pulang dr sana saya masih menyimpan keinginan untuk kembali lagi......
so GAK USAH KUNJUNGI MALAYSIA until mereka mengubah perlakuan thd bangsa kita disana
Malaysia tetaplah Malaysia, TKI kita, hutan kita, perbatasan kita, pulau kita, kini warga terhormat kita, dan entah apa lagi.
ReplyDeleteMoral pimpinannya sangat tidak terpuji, agama mereka hanyalah tameng dan topeng mereka.
Jakarta, July 5, 2007 – In the Central Highlands of remote Papua province, a region closed to outside observers, police appear to be routinely committing serious abuses, such as extrajudicial executions, torture and rape, with impunity, Human Rights Watch said in a report released today. Endemic police abuse is deepening mistrust of the national government in Jakarta and potentially inflaming separatist tensions.
ReplyDeletehttp://hrw.org/reports/2007/papua0707/