bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

24 August 2007

Panjat Pinang


Salah satu tradisi acara 17 belasan di Palembang bahkan di beberapa kota di Indonesia adalah Panjat Pinang ini, di sebuah desa tidak jauh dari Palembang acara ini justru diadakan pada hari lebaran. Konon cerita Panjat pinang ini adalah mainan Pandjat Pinang Doeloe Mainan Pendjajah ini ceritanya yang saya ambil dari okzone.com

Pandjat Pinang Doeloe Mainan Pendjajah

Arpan Rachman - Okezone

PALEMBANG - Siapa yang tahu sejarahnya sejak kapan permainan panjat pinang?
Emi Bachtiar (78), janda pensiunan seorang pejuang kemerdekaan di Palembang, mengungkapkan masa kecilnya sebelum Indonesia merdeka awal 1930-an, panjat pinang sudah jadi permainan.
Para lelaki kuat berotot kulit sawo-matang pribumi harus saling injak bahu-membahu untuk membentuk "tangga hidup" demi menjangkau pucuk sebatang pohon pinang yang licin lantaran diolesi minyak gemuk atau oli.
Tujuannya satu, nostalgia Emi, mendapat hadiah. Bentuknya berupa sebungkus keju atau gula pasir. "Penghajat acara panjat pinang dulu biasanya keluarga Belanda," tutur nenek dua cucu, warga Jalan RW Monginsidi, Palembang.
Atau mungkin saja diadakan keluarga pribumi kaya-raya yang notabene penyekongkol penjajah. Hajatnya macam-macam perayaan ulang tahun atau pernikahan.
TF Wijaya, pengamat perilaku sosial, mengecam panjat pinang sebagai permainan yang menghinakan.
Menurutnya, di sejumlah negara ada tradisi menghamburkan kekayaan setiap perayaan kemerdekaan. Pesta lempar-lemparan tomat di Spanyol, minum bir bersama di Jerman, dan makan ayam kalkun di Amerika Serikat. Hal itu menunjukkan bahwa tujuan kemerdekaan telah membuat penduduk bangsa menjadi kaya-raya.
"Bagaimana tidak dihinakan, sekelompok orang disuruh memanjat pohon untuk meraih hadiah, biasanya kebutuhan sehari-hari atau barang mewah yang dimpikan orang miskin," kata Wijaya.
Dan... Penonton yang menyaksikan kelucuan di arena panjat pinang tersenyum ala sinyo dan noni-noni....

7 comments:

  1. Terima kasih untuk Zanial yang memposting cerita ini. Jadi GR nih nulis berita. Salam kenal, Arpan Rachman

    ReplyDelete
  2. Wah aku juga jadi malu nih mas Arpan, salam yan, selamat berpuasa klo puasa.

    ReplyDelete
  3. gak malu2in dan gak hina ah..

    malah salut gw ama org yg bisa bs nyampe ujung pinang gitu..
    mreka bisa gr2 kerjasama..


    dan gak smua org yg ikutan panjat pinang org miskin yg pengen hadiah..
    segitunya bgt org susah2 manjat pinang cuma buat dpt kaos yg ujung2nya klo dah dpt kotor blepotan ama oli..

    yg penting esensi kebarsamaan dan kerjasamanya Bung!

    hehe.. MERDEKA!! cheers!

    ReplyDelete
  4. mungkin kita bisa ambil sisi positifnya... buat nyampe ke puncak dan di puncak ga mungkin 2 orang tapi harus orang pilihan... butuh kerjasama. panjat pinang mungkin maenan penjajah dulu untuk lucu-lucuan, tapi klo sekarang bisa untuk menggalang kerjasama sekali setaun kerja bareng kenapa ngga!!!

    ReplyDelete
  5. ambil sisi terangnya aja....
    Mereka senang melakukannya dan tidak terpaksa, untuk menghilangkan stress dirumah mikirin belanja dan kebutuhan keluarganya...
    walaupun hadiahnya cuma kaos belaka, rasa bahagianya yang dicari mereka..toh tanpa kerjasama juga gak bakal dapat tuh hadiah...kalo bisa malah sekarang harusnya para sponsor yang masukin hadiahnya lebih besar lagi, misalnya beasiswa anak sekolah..gitu bro..

    ReplyDelete
  6. itu kebudayaan kaum thionghua tempo dulu, cuman kalo mereka hadiahnya diperebutkan tapi di Indonesia kita saling kerjasama

    ReplyDelete

Silahkan tulis komentar anda di bawah ini